
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan keberanian untuk memulai dan mengelola bisnisnya sendiri. Mereka merupakan pelaku ekonomi yang memiliki inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja dan memperoleh keuntungan dengan cara memproduksi barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen.
Wirausaha tidak hanya memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan menghadapi tantangan yang mungkin timbul dalam proses pengembangan bisnis. Mereka memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan memecahkan masalah dengan cepat dan efisien.
Mau Wirausaha, Kenali Pasarnya
Usaha atau entrepreneur bisa menjadi accelerator atau penambah bahkan solusi untuk memperbesar penghasilan. Keuntungan yang dijanjikan, kisah sukses yang digaungkan membuat semua berlomba menjadi entrepreneur. Sebagian kecil sukses, sebagian besar gagal.
Mungkin ini pula kesalahan saya yang masih dalam tahap belajar. Belum mengenal pasar. Tidak semua kesalahan harus anda lakukan bukan?
Berikut macam-macam tipe pasar. Untuk menentukan anda mau berusaha jenis apa, kemana. Karena ujung dari usaha adalah penjualan. Tak salah memang sebutan “pembeli adalah raja”
1. Pasar Kompetisi Sempurna
Ini contohnya produk kuliner. Makanan, minuman. Serta produk-produk yang mudah dijumpai dipasaran. Bisa juga komoditas, seperti beras, kelapa sawit, dll. Karakteristiknya banyak yang membutuhkan, serta banyak yang menyediakan.
Untuk masuk ke bisnis ini pun relatif mudah. Tak ada barrier yang kuat. Hampir semua orang bisa memulainya. Penjual tidak memiliki kekuatan untuk memasang harga. Begitu harga dinaikkan, pelanggan akan meninggalkannya. Tidak bisa dilakukan advertising atau iklan.
Kunci ada pada harga yang murah.
2. Pasar Kompetisi Monopolistik
Disebut juga pasar hybrid. Pesaing Pasar ini berusaha meningkatkan posisi di pasar dengan diferensiasi. Pembeda. Peminatnya banyak juga, sehingga masing-masing perlu menunjukkan nilai lebih.
Awalnya mungkin seorang inovator mampu memimpin, tetapi lama-kelamaan kompetitor bisa masuk dan bersaing, merebut market share. Banyak substitusinya. Semisal starbuck coffee, atau produk bubble tea. Bisa juga Bakso Pak A, Pak B dll. Atau steak W, X, Y atau Z. Bisa juga hotel D, E, F dan G.
Semua bisnis setidaknya mayoritas berada di pasar ini. Barrier yang ada tidak terlalu tinggi. Pemain baru selalu masuk, semakin banyak setiap hari dan dengan lebih baik. Bisnis yang sukses dapat segera tenggelam dengan perebutan market share yang ada.
Jika mampu menunjukkan nilai lebih, maka bisa menjadi pemenang. Nilai lebih bisa didapat dari iklan, pelayanan, harga yang murah, kecepatan, dll. Semakin besar capital semakin besar kemungkinan juara. Selama apa mampu bertahan?
3. Oligopoli
Terkadang berpola kartel. Barrier terhitung tinggi, sulit pemain baru masuk. Entah karena teknologi atau modal capital yang besar. Serta setiap produk yang bisa saling substitusi.
Sekelompok pemain dapat melakukan pengaturan harga. Dan tidak ada yang akan berani menaikkan atau menurunkan harga seenaknya. Karena akan merusak diri sendiri juga. Diferensiasi biasanya pada marketing dan branding, bukan pada harga.
Contoh global mungkin perusahaan semen. Tidak semua bisa masuk, dan harga mirip-mirip. Contoh lain mungkin perusahaan properti atau developer. Dimana masyarakat tidak ada kefanatikan terhadap perusahaan tertentu, tetapi harga rumah relatif mirip-mirip.
4. Monopoli
Pasar monopolistik sangat jarang. Tidak ada substitusi atau pengganti. Pasar muncul karena ada intervensi pemerintah biasanya. Barrier sangat tinggi, dan mustahil ditembus karena pelindungnya adalah aturan hukum. Non-pricing strategies menjadi pilihan untuk meningkatkan penjualan. Contoh mungkin: Listrik dan Air.
Dari semua pasar
Terlihat, bahwa agar tidak terjebak di pasar kompetitif maka advertising, marketing, branding selalu menjadi pembeda. Inilah dana atau angka yang harus disediakan untuk setiap provider/wirausahawan.
Produksi dapat ditiru, tetapi diferensiasi dan penempatan posisi adalah kunci. Ibarat rasa, dapat sama, tetapi tingkat kepercayaan publik yang nomor satu.