Jakarta, Gizmologi – Tech winter perusahaan teknologi terus berlanjut, kali ini Dell Technologies Inc. mengumumkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 6.650 karyawannya. Jumlah ini sekitar 5 persen dari total tenaga kerja globalnya.
Menurut laporan Bloomberg, perusahaan mengambil tindakan PHK karena dirugikan oleh penurunan permintaan komputer pribadi. Dell disebut sedang mengalami kondisi pasar yang terus terkikis dengan masa depan yang tidak pasti.
“Kita telah melewati kemerosotan ekonomi sebelumnya dan kami menjadi lebih kuat. Kita akan siap ketika pasar rebound,” tulis co-Chief Operating Officer Jeff Clarke dalam sebuah memo kepada karyawan, Rabu (8/2/2023).
Clarke juga mengatakan bahwa langkah ini merupakan langkah terakhir, sebelumnya Dell sudah melakukan pemotongan biaya mulai dari jeda perekrutan dan pembatasan perjalanan. “Reorganisasi departemen, bersama dengan pengurangan pekerjaan, dipandang sebagai peluang untuk mendorong efisiensi.”
Baca Juga: Eksplorasi Teknologi ala Dell Technologies, Kembangkan Ekosistem Concept Nyx!
Tech Winter Dell PHK Karyawannya
Adapun, pada awal pandemi sempat terjadi ledakan permintaan PC. Namun, saat ini Dell dan pembuat perangkat keras lainnya mengalami penurunan permintaan. Analis industri IDC mengatakan data awal menunjukkan pengiriman komputer pribadi turun tajam pada kuartal IV/2022.
Di antara perusahaan besar, Dell mengalami penurunan terbesar yaitu 37 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, menurut IDC. Dell menghasilkan sekitar 55 persen pendapatannya dari PC.
Bukan hanya Dell, perusahaan lain seperti Microsoft Corp hingga Amazon.com Inc dan Goldman Sachs Group Inc baru-baru ini telah juga mengambil tindakan yang sama. Yakni memangkas ribuan pekerjaan untuk membantu mengatasi penurunan permintaan dan penyusutan karena inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.
PHK di Amerika Serikat mencapai level tertinggi, lebih dari dua tahun pada bulan Januari. Ini terjadi karena banyak perusahaan teknologi memangkas pekerja dengan jumlah tertinggi dalam rekor untuk bersiap menghadapi kemungkinan resesi.
