California, Gizmologi – Beberapa bulan belakangan ini, banyak perusahaan teknologi raksasa yang melakukan PHK massal. Namun di balik fenomena ini, tampaknya hanya Apple yang masih tegak berdiri mempertahankan pekerjanya.
Minggu lalu, Microsoft secara mengejutkan telah memberikan kabar bahwa pihaknya telah memecat sebanyak 10 ribu pekerja. Perusahaan teknologi ini bukan yang pertama yang melakukan PHK massal, karena sebelumnya ada Alphabet yang merumahkan sebanyak 12 ribu pekerjanya.
Amazon juga telah memecat sebanyak 18 ribu pekerja. Bahkan Meta yang tampaknya anteng-anteng saja, ternyata juga memecat sebanyak 11 ribu pekerjanya.
Dan, yang paling penuh “drama” tentu saja: Twitter. Setelah Elon Musk berhasil mengakusisi perusahaan ini sebesar US$44 miliar, dia memecat sebanyak 7.500 pekerja.
Seminggu sebelumnya tak lama setelah Elon Musk secara resmi mengakusisi Twitter, beberapa petinggi di sana lebih dulu mengalami PHK di hari yang sama. Mereka adalah Parag Agrawal (Chief Executive), Ned Segal (Chief Departemen Finansial), dan Vijaya Gadde (Chief Departemen Legal).
Bahkan pemecatan tersebut dilakukan ketika Agrawal dan Segal sedang berada di kantor Twitter. Ironisnya, Agrawal sendiri baru saja didapuk menjadi CEO pada 11 bulan yang lalu.
Apple Tidak Melakukan PHK Massal?
Nah, dari nama-nama perusahaan teknologi yang top di atas, ternyata cuma Apple yang hingga kini jauh dari pemberitaan PHK massal. Apakah perusahaan ini “sebaik” itu atau memang sedang dalam posisi yang menguntungkan?
Tidak juga. Pasalnya, secara diam-diam Apple juga pernah melakukan PHK pada bulan Agustus tahun lalu. Namun, jumlahnya tidak banyak, “hanya” 100 karyawan kontrak saja.
Jadi, dari sebanyak 160.000 orang yang bekerja di Apple, tampaknya PHK tersebut tidak terasa signifikan. Bukan berita besar.
Namun, Apple juga rupanya termasuk perusahana yang paling “pelit” dalam merekrut karyawan. Berdasarkan data Macrotrends, perusahaan termasuk paling jarang menambah jumlah karyawan.
Ketika dalam periode 2020-2021 banyak perusahaan teknologi yang melakukan rekrutmen besar-besaran, Apple hanya menambah sebanyak 17 ribu karyawan saja. Itulah sebabnya jika dilihat secara keseluruhan, perusahaan ini memiliki jumlah karyawan yang paling sedikit dibandingkan yang lainnya.
Sebut saja Amazon yang memiliki sebanyak 1,5 juta pekerja dan menambah sebanyak 800 ribu pekerja pada periode 2020-2021 yang pada akhirnya sebanyak 18 ribu di antaranya dipecat. Bahkan Meta pada periode yang sama merekrut sebanyak 27 ribu pekerja, Alphabet 52 ribu pekerja, dan Microsoft 58 ribu pekerja.
Baca juga: Jadi Beli Twitter, Elon Musk Langsung Pecat Petingginya Secara Brutal!
Dari sini bisa terlihat jika Apple tampaknya merupakan perusahaan yang paling berhati-hati dalam berinvestasi pada sumber daya manusia. Dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak, risiko tidak semakin besar.
Tapi, kira-kira akan berapa lama Apple bisa bertahan pada prinsip ini? Semoga saja selamanya.